Apa sih feminisme?

Apa sih feminisme?

Apa sih feminisme?

Saya sering menerima pertanyaan tentang feminisme. Tema ini sangat penting dimana gerakan anti feminism merajalela. Anti feminism ini seringkali bermuara pada asumsi bahwa feminism itu Barat, bertentangan dengan Islam, dan tidak sesuai dengan budaya Indonesia. Walaupun asumsi ini sudah lama beredar dalam kontek masyarakat Indonesia, kehadiran sosial media dan kelompok-kelompok perempuan yang beradvokasi kebencian terhadap feminisme memperburuk pemahaman tentang feminisme.  Keadaan ini merupakan tantangan bagi semua pihak. Saya akan membahas pentingnya memahami konsep feminisme beserta landangan filosofisnya. Pembahasan ini sangat penting dimana peserta bisa memahami kegunaan feminisme dalam memahami femomena sosial yang bias gender. Untuk itu, tulisan ini akan membahas asal-usul feminisme dan sejarahnya dalam kontek Barat. Saya akan mempergunakan buku  Estelle Freedman, No Turning Back: The history of Feminism and the Future of Women (New York: Ballantine Books, 2002).

Betul secara sejarah, istilah feminisme muncul dari Barat. Istilah ini muncul pertama kali pada tahun 1880 di Prancis. Pada saat itu istilah Féminisme menggambarkan realitas perempuan yang terdepan dalam garda perubahan sosial dan politik (Freedman 3). Gerakan yang sama sudah muncul di Amerika. Di Seneca Falls, pada tahun 1848 para perempuan yang menginginkan perubahan dan bersama-sama mendeklarasikan harapan mereka bagi perempuan. Deklarasi ini mengungkapkan pentingnya kesamaan laki-laki dan perempuan sebagai ciptaan Tuhan, adanya hak-hak perempuan dalam ekonomi dan politik, pembukaan akses pendidikan, dan kesamaan status dimata negara (https://www.nps.gov/wori/learn/historyculture/declaration-of-sentiments.htm). Gerakan perjuangan perempuan ini seringkali dianggap sebagai bagian dari gelombang pertama feminisme.

Penggunaan feminisme sendiri di Amerika lebih banyak dilakukan oleh generasi muda perjuangan perempuan. Pada tahun 1910, istilah feminisme digunakan untuk mengindasikan penolakan generasi muda perjuangan perjuangan perempuan terhadap para pendahulunya yang mengutamakan keibuan sebagai identitas politik (Freedman 4).  Tipe perjuangan yang mempergunakan identitas keibuan merupakan hal biasa pada awal gerakan perempuan. Seringkali para pemimpin perempuan merupakan isteri dari para suami yang terkemukan di jamannya. Misalnya Elizabeth Cady Stanton, salah satu deklarator dalam the Declaration of Sentiment merupakan isteri dari seorang tokoh penghapusan perbudakan bernama Henry Stanton (https://www.womenshistory.org/education-resources/biographies/elizabeth-cady-stanton). Pola sosial seperti ini bisa dilihat dalam pola perjuangan perempuan di Indonesia. Para tokok perjuangan perempuan dalam gerakan perempuan, kebanyakan merupakan isteri dari para tokoh nasional ataupun tokoh agama nasionalis.

Gerakan perempuan memasuki periode gelombang kedua mulai 1960an. Pada tahun 1960an dan 1970an, gerakan perempuan bermuara pada ekpansi hak-hak perempuan pada ranah ekonomi dan politik. Banyak perempuan yang mengungkapkan kesamaan ketertidasan yang dialami perempuan. Kesadaran akan adanya ketertindasan yang struktural terungkap melalui wacana “peningkatan kesadaraan” (consciousness raising). Keterbukaan para perempuan tentang penderitaan dalam keluarga dan strukrur ekonomi melahirkan gerakan feminisme radikal dan marxis. Saya akan menulis kedua topik ini dimasa yang akan datang. Di saat itu, slogan seperti yang pribadi merupakan hal yang politis (“the personal as the political”) menjadi terkenal dan digunakan untuk menunjukkan bahwa persoalan yang dialami perempuan merupakan hal yang berkaitan dengan politik dominasi, baik dominasi partiarki maupun ekonomi dan politik. Pada tahun 1980an, istilah feminisme pun lebih diatribusikan kepada gerakan yang menentang ketidakadilan relasi laki-laki dan perempuan. Sementara itu, dinegera-negara Selatan, istilah feminisme masih dikaitkan dengan persamaan hak laki dan perempuan di ranah publik.

Gerakan feminisme gelombang ketiga terjadi pada tahun 1990an. Pada saat ini nuansa gerakan feminisme lebih beragam. Kalau awalnya gerakan feminisme lebih banyak diinisiasi oleh kaum kulit putih dan lebih banyak beroperasi di negara-negara Utara. Perkembangan feminisme yang lebih transnasional ini berkaitan dengan adanya Konferensi Dunia tentang perempuan yang ke-Empat oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (United Nations) di Beijing, China. Pada acara tersebut, para feminis dari negara-negara Utara dan negara-negara Selatan berkumpul dan berdiskusi mengenai tema-tema yang berkaitan dengan perempuan, terutama hak-hak reproduksi. Istilah feminisme pun menjadi beragam dan memiliki arti yang luas. Feminisme dimaknai sebagai gerakan perempuan yang bertujuan untuk menciptakan kondisi sosial dan ekonomi yang lebih adil bagi perempuan. Gerakan feminisme ini berkembang secara paralel diberbagai belahan dunia dengan pengembangan yang berbeda-beda termasuk di Indonesia.

Tipe-tipe feminisme pun menjadi lebih beragam. Awalnya feminisme berkembang menjadi feminisme liberal, feminisme radikal, dan feminisme Marxist. Pada perkembangannya jenis feminisme berkembang menjadi lebih luas, seperti feminisme ekologi, feminisme colonialisme, feminisme negara, feminisme Islam, feminisme Islamis, feminisme kaum Afrika dan Amerika, Feminisme global/transnational, feminisme budaya, dan lain-lainnya. Jenis baru feminisme tidak mustahil akan lahir lagi sesuai dengan perkembangan zaman.

Feminisme memang lahir di Barat, tetapi feminisme bukan lagi gerakan perempuan di Barat. Kolonialisme dan post-kolonialisme melahirkan pertemuan feminisme dengan gerakan perempuan lokal di negara-negara terjajah atau negara di luar Barat. Feminisme saat ini merupakan gerakan perempuan yang menginginkan kondisi sosial, politik dan ekonomi lebih baik bagi kemanusiaan perempuan.

Prof. Etin Anwar
Geneva, Februari 12, 2022

Comments
There are no comments yet.
Authentication required

You must log in to post a comment.

Log in