Setiap hari kita mendengar anggota keluarga dan bahkan seluruh keluarga meninggal karena terkena Covid-19. Mereka juga terkadang temen-teman yang kita kenal dengan baik. Sampai hari, keluarga masih menjadi pusat penyebaran corona virus. Di Surabaya, ayah, ibu, dan anak yang sedang mengandung meninggal karena Covid (1). Sebelumnya di Aceh, enam orang anggota keluarga terkena virus dan berdasar kontak trasing sudah menyebar kepada lainnya sehingga berjumlah 13 orang (2). Berita terkini dari Aceh juga menunjukkan penularan dalam satu keluarga yang sedang mudik Idul Adha dari Jakarta ke rumah orangtuanya (3). Karena gejala-gejala terjangkitya virus ini sering kali tidak langsung nampak atau dirasakan, penyebaran masal ini masih merupakan bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Bukan hanya ancaman penyebaran virus yang bisa menjadi meledak kapan saja dan dimana saja, kenyataan ini mengancam stabilitas institusi keluarga.
Ancaman paling utama dalam keluarga adalah berkurangnya pendapatan bagi pasutri. Menurut UNICEP, ada tiga bentuk perubahan ekonomi yang terjadi di Indonesia dalam masa pandemic ini (3). Pertama, rate perkembangan ekonomi Indonesia menurun dari kira-kira 5% menjadi kurang lebih 2%. Penurunan drastis mungkin akan terjadi kalau mengikuti trend dunia yang telah rata-rata mencapai minus 3.5%. Dengan penurunan ini, maka, ada tarik-menarik antara pilihan mengutamakan kesehatan atau membuka kembali kran-kran kegiatan ekonomi. Kedua, peraturan pemerintah untuk berjarak secara fisik dan Pendekatan Sosial Berskala Besar (PSBB) boleh dikatakan melumpuhkan ekonomi terutama sector-sektor informal. Sektor informal ini menguasai hingga 60% dari ekonomi Indonesia. Dengan lumpuhnya sector ekonomi ini maka penghasilan keluarga makin berkurang. Ketiga, jumlah orang yang tidak bekerja terutama di perkotaan makin hari makin banyak. Dengan menurunnya volume kegiatan ekonomi maka dipastikan menurun pula kesejahtraan mereka. Tali-temali antara ketiga bentuk ekonomi ini betuk-betul mengancam kesejahtraan dalam keluarga.
Perubahan penghasilan dalam keluarga menyisakan banyak problem. Bagi ibu yang hamil muda, ada banyak persoalan yang dihadapi diantaranya berkenaan dengan nutrisi ibu dan calon bayi, pemeriksaan bulanan, dan tes-tes kesehatan lainnya. Bagi ibu yang menyusui, anak-anak membutuhkan nutrisi yang cukup untuk berkembang. Ibu-ibu yang berkarir juga dihadapkan pada persoalan pola asuh yang baik dengan tuntutan “Bekerja dari rumah.” Para isteri juga berhadapan dengan kenyataan bahwa para suami mungkin bekerja dari rumah atau tidak bekerja sama sekali. Relasi suami ini menyisakan pertanyaan: apakah sang suami rajin membantu pekerjaan isteri atau hanya berlaku seperti raja kecil tanpa bisa bekerja sama dengan isteri dalam menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga. Banyak lagi problem-problem yang bisa muncul dalam keluarga dalam suasana Covid-19 ini seperti percerain dan kekerasan dalam rumah tangga. Semua tantangan ini bisa menyapa kita semua. Untuk itu, mudah-mudahan keluarga kita semua terhindar dari ancaman Covid-19. Yang terkena, semoga cepat sembuh seperti sedia kala. Bagi anggota keluarga yang meninggalkan kita semua, semoga jalannya dilapangkan dan dimudahkan jalan menuju Tuhannya.
Referensi
- https://surabaya.kompas.com/read/2020/07/25/09264261/kisah-dea-kehilangan-satu-keluarga-karena-covid-19-hidup-dalam-stigma-hingga?page=all
- https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-53089988
- https://www.liputan6.com/news/read/4319817/mudik-ke-aceh-barat-1-keluarga-dari-jakarta-positif-covid-19
- https://www.unicef.org/indonesia/sites/unicef.org.indonesia/files/2020-05/COVID-19-and-Children-in-Indonesia-2020_0.pdf
Comments