Tantangan bagi dunia inovasi kesehatan saat ini adalah menemukan vaksin yang bisa mencegah dari terjangkitnya penyakit Coronavirus Covid-19. Tarik ulur tentang dibukanya fasilitas umum, sekolah, mall, dan lain-lainnya berkenaan dengan tidak tersedianya vaksin. Prediksi mengenai vaksin yang bisa menyembuhkan dan mencegah Coronavirus baru akan dihasilkan pada dua bahkan beberapa tahun ke depan. Sudah barang tentu, prediksi seperti ini membuat segmen masyarakat Amerika yang pro-kebijakan ekonomi sangat gregetan. Sama halnya, di Indonesia juga, pemerintah berusaha untuk membuka celah membuka kran ekonomi. Yang sama dari Indonesia dan Amerika adalah keinginan untuk menciptakan vaksin dalam mengatasi virus Corona.

Di Amerika, khabar terbaru penemuan kandidat vaksin datang dari perusahaan Moderna. Institut Kesehatan Nasional (NIH) bekerja sama Moderna sejak Januari tanggal 13 (1). Setelah menerima data dari China yang berasal dari pasien yang terinfeksi Coronavirus, Moderna melakukan isolasi virus SAR-Cov-2 dan membuat genetic sequencing. Dari proses ini, Moderna mengidentifikasi mRNA sebagai “information molecule” yang didesign dengan menggunakan sekuensi virus itu sendiri. Pada bulan Februari dan Maret, Moderna dan NIH mempersiapkan fase 1 studi klinis mRNA 1273 dan kemudian mendapat izin dari institusi pemerintah Amerika bernama FDA (Food and Drug Agency) untuk melakukan trial. Setelah sukses melakukan trial dalam fase 2 studi klinis pada pasien penderita Corona, vaksin yang dihasilkan oleh Moderna dianggap telah sukses dalam mendorong respon imun untuk memerangi serangan virus (2).

Dalam kontek Indonesia, pencarian atas vaksin yang bisa mencegah virus Corona dilakukan berbagai pihak. Kementerian Pertanian (Kementan) merilis anti Corona virus berdasarkan bahan eucalyptus (1). Dalam siaran youtobe, beliau menyampaikan informasi tentang penemuan yang bisa mencegah virus Corona dan virus-virus lainnya (3). Berdasarkan proses pengujian eucalyptus terhadap virus influenza, virus Beta, dan gamma korona, hasilnya “menunjukan kemampuan membunuh virus sebesar 80%-100%.” (4). Berita penemuan ini mendapat tanggapan dari ilmuwan Dr Berry Juliandi S. Si, M.Si, ilmuwan dari Departemen Biologi IPB serta anggota Indonesian Young Scientist Forum. Beliau menyarankan agar pihak terkait mengkomunikasikan informasi produk “kalung aromatherapy membantu untuk mencegah penularan virus termasuk SARS-CoV-2” (5). Karena banyaknya tanggapan terhadap klaim penemuan antivirus Corona berdasakan salah satu jenis eucalyptus, pihak Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry mengklarifikasi pada 6 Juli 2020 bahwa “izin edar dari BPOM sendiri atas 3 produk eucalyptus (minyak roll on, inhaler, dan kalung aromatherapy) hanya sebatas produk jamu” (6). Kesimpangsiuran berita penemuan antivirus menunujukkan perlunya transparansi dalam proses dan prosedur untuk menghasilkan antivirus Corona yang teruji secara medis dan klinis.

Referensi

  1. https://www.modernatx.com/modernas-work-potential-vaccine-against-covid-19
  2. https://www.bostonglobe.com/2020/07/14/nation/moderna-covid-19-vaccine-poised-final-testing/
  3. https://www.youtube.com/watch?v=Xv386yuikUI
  4. https://mediaindonesia.com/read/detail/311353-kementan-launching-antivirus-korona-berbahan-eucalyptus
  5. https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5020399/antivirus-yang-diluncurkan-kementan-bisa-bunuh-virus-corona
  6. https://www.kompas.com/sains/read/2020/07/05/170200723/kalung-antivirus-corona-kementan-ahli-komunikasinya-harus-jelas-bukan?page=all.